Hidungku Peramal Hujan

“Kenapa,nak ? hidungmu gatal?”
“iya bu, dari tadi.”seru Nita, tangannya tak berhenti  menggaruk-garuk hidungnya.
“oh, mungkin hari ini akan hujan ya..”kata Ibu seraya melongok keluar jendela mobil.
“Yah, aku tidak bawa kitty buuu...”
“Kitty?”
“Payung Hello kittykuuuu..”kata Nita kesal.
“Oh, ya sudah pakai payung lain saja ya.. ada payung dibagasi.”
“Gak mau, ah! Aku gak mau pakai payung yg lain!”
“Ya sudah.. semoga pertanda tadi salah, ya.  Hari ini tidak turun hujan.”
“Pertanda apa bu?”
“Hmmm, jadi dulu nenek pernah cerita, dia punya kebiasaan unik.  Setiap hidungnya gatal pertanda akan turun hujan.  Dan biasanya itu beneran terjadi, loh..”
“Jadi Aku seperti nenek bisa tahu kapan hujan?”kata Nita tampak kagum dan mulai bangga pada dirinya sendiri.
“Hahaha, yah tidak tahu juga ya.. kan hari ini belum hujan. Lagipula Hujan itu dari TUHAN jadi kalaupun hari ini hujan, itu karena Tuhan yg menginginkan terjadinya Hujan.  Kalau tidak yah, berarti Tuhan belum menginginkan turun hujan.”
“hmmm...”Nita tampak berpikir keras.  Ada hal yg mengganggu pikirannya.  “Aku tidak terlalu suka hujan. Basah!  Lantai kelas jadi kotor, Aku jijik!”kata Nita seraya mengambil tisu didepan dasbor mobil lalu mulai melap tangannya yang tidak kotor.
“Oh ya? memangnya tidak ada yg mau membersihkan lantai kelas?”
Nita menaikkan bahunya, “tidak ada tuh.”
“Aku juga sering sial kalau hujan,bu!”kata Nita menambahkan dengan ekspresi dibuat seserius mungkin.
Ibu langsung tersenyum geli mendengar curahan hati anak bungsunya itu.  “Kok bisa?”
“Nih, buktinya!”kata Nita menunjukkan luka di dengkulnya.  “Aku jatuh waktu dirumah Rojali. Ibu ingat tidak?  Waktu itu kan lagi hujan deras.”
“Oh iya ya..”
“Terus Aku di hukum Bu Santika  juga pas hujan.”
“Kenapa kamu dihukum Bu santika?” tanya Ibu. Ia menoleh cepat, wajahnya berubah serius.
“Oh, waktu itu aku lupa buat PR matematika. “jawab Nita santai tanpa melihat Ibunya.
“Hmm, kamu sih..! Kan ibu sudah bilang selalu cek daftar pelajaran tiap malam, bukan pas pagi mau berangkat sekolah!  Jadi kamu tidak lupa ada PR atau tidak.”kata Ibu berceramah.
Nita merengut kesal.  Ia mulai menyesal mengatakan semuanya kepada Ibu.  “Itu karena Hujan bu!  Waktu itu hujan deras jadi aku ketiduran sampai malam.  Coba kalau tidak hujan.”balas Nita membela diri.
“Kamu tuh..!”kata Ibu hampir menjewer kuping Nita, hanya karena sedang menyetir Ia urungkan niat tersebut.
“Eh, udah sampe..”seru Nita mengalihkan pembicaraan.
Mobil merapat. Mengantri dibelakang beberapa mobil yg telah lebih dulu parkir didepan pintu gerbang sekolah.
Nita mencium tangan ibunya, Ia bersiap untuk membuka pintu mobil ketika tiba-tiba terbersit sesuatu hal sehingga Ia membalikkan badan kembali dan menatap serius ke arah ibunya.  “Pokoknya hari ini tidak boleh turun hujan!”ujarnya. Ada nada mengancam disitu.
Ibu hanya tersenyum geli melihat anaknya marah kepada hujan yg belum tentu datang.
***
Bunyi bel sekolah tanda istirahat siang telah berbunyi.  Anak-anak bersorak senang.    
Hari ini Nita mengenakan sepatu baru bergambar Hello kitty.  Ia telah merengek selama seminggu untuk bisa dibelikan ibunya.  Karena itu jalannya tampak beda hari ini, hampir setiap waktu ia melirik ke sepatunya lalu melapnya dengan tissu walaupun tidak ada debu yg menempel.
 Sepatunya harus terlihat mengkilap karena ini kan sepatu baru!  Ia telah memamerkan sepatunya kepada Santi teman sebangkunya.  Tapi santi tidak suka dengan hello kitty, Ia lebih suka dengan winnie the pooh.  Maka baginya sepatu Nita itu, tidak bagus
“Ih, apa bagusnya winnie the pooh.  Beruang gemuk yg membawa gentong kemana-kemana.”kata Nita mencibir setelah Santi berlalu.
Kesal dengan ucapan Santi, Nita beralih ke orang lain. Ia tak putus asa untuk membanggakan sepatunya.  Setiap kali ada anak yg tertangkap basah mencuri pandang melihat ke arah sepatunya, Ia akan langsung mencegat Anak tersebut.
“Ini sepatu baru loh! Gambar hello kittynya bagus kan..?!”katanya bangga. Lalu mulai mengangkat  tinggi-tinggi kakinya, takut temannya tidak bisa melihat dengan jelas gambar hello kitty tersebut.
Alih-alih melihat ke arah sepatu itu, temannya justru langsung mengambil jarak menjauh karena takut kaki Nita melenceng arah lalu mendarat ke muka mereka.
“Eh, Ibu guru sudah datang tuh!”seru seorang anak memperingati.
Maka berduyun-duyun semua murid cepat-cepat berlari masuk ke kelas dan mencari posisi untuk kembali ketempat duduknya.  Terdorong oleh desakan murid yg mendesak untuk segera kembali ke bangkunya, pegangannya terganggu dan Nita menghempas kakinya.
“Apa sih..”seru Nita melirik kesal kepada rombongan anak-anak yg masuk sembarangan.  
“Cepat duduk...!”seru ketua kelasnya memberitahukan semua teman-teman kelasnya.
Dari kejauhan tampak seorang murid masih berlari kencang menuju kelas.  Ia terburu-buru memasuki kelas. Brak!
“Aduuuh..!”teriakan Nita begitu keras hingga semua mata menoleh ke arahnya.
“Maaf..Maaf.. ”tanya anak laki-laki itu.
“Sepatuku! Kamu menginjak sepatu barukuuuu..!!”teriak Nita emosi, airmatanya hampir mengucur.  
Anak laki-laki itu langsung menoleh ke sepatu Nita.  Ada bekas lumpur tepat diatas sepatu Nita yg tadi mengilap bersih.
“Maaf ya.  Tidak sengaja..”kata anak laki-laki itu merasa bersalah.
Nita merengut kesal, matanya berapi-api.  Ia tampak akan segera meledak.  
Dalam kepalanya sudah terbayangkan betapa nikmatnya menjambak kepala anak laki-laki ini.   Rambutnya yang keriting, sangat pas sekali digenggaman.  
Tangan Nita sudah terangkat ketika mendadak Ibu Guru datang dan menyuruh mereka untuk kembali ketempat duduk masing-masing.  Maka dengan wajah cemberut karena menahan amarah, Nita kembali ke tempat duduknya. 
Selama jam pelajaran Nita tak bisa menahan emosinya.  Ia melirik sesekali ke arah murid lelaki tadi dengan tatapan 'Awas-kamu!', membuat murid laki-laki tersebut langsung menunduk karena ketakutan.
***
Murid-murid bersorak riang mendengar bel pulang sekolah berdendang di udara.  Mereka bergegas keluar  kelas.  Nita masih membereskan buku-bukunya untuk dimasukkan ke dalam tasnya.  Ibu baru akan menjemputnya setengah jam lagi jadi dia tak perlu buru-buru keluar kelas.
Nita menunggu didepan kelasnya. 
“Kamu kok tidak membawa payung?”
Nita menoleh ke asal suara.  Ternyata murid laki-laki tadi.  Namanya Idham.
     
“Ngapain sih nanya-nanya? ”kata Nita ketus memalingkan wajahnya. "kan gak hujan."ujar Nita pelan.
“Sebentar lagi hujan, pasti.”kata Idham seraya mendongak ke langit.
“Panas begini, mana mungkin hujan.”cemooh Nita.  Ini anak ngimpi kali.., pikir Nita.
“Lihat-lihat awannya menghitam..”kata Idham, menunjuk-nunjuk ke arah awan-awan diatas mereka.

Nita ikut mendongak untuk melihat langit, ada awan yg bergerak dan mulai menghitam.  Matahari kini telah tertutup rapat.  Langit menjadi amat gelap, seperti mati lampu!  Sayang tak ada lilin yg bisa menerangi.
Tak lama kemudian terdengar sebuah petir menyambar dikejauhan.   Nita langsung menutup telinganya dan matanya.  Ia paling takut dengan bunyi petir.  Bila ada Ibunya,  Ia pasti akan langsung melingkar dipinggang Ibunya mencari perlindungan.  Tapi disini Ia sendirian, hanya ada idham.   Ia tak mau menangis didepan idham!

Ia melirik ke arah Idham.  Anak ini tidak takut sama sekali, Ia bahkan tidak menutup telinganya.  Ia masih mendongak melihat ke arah langit yg kini telah menurunkan hujannya.  Berani sekali dia! pikir Nita terpukau.  Emosinya langsung surut.
Wajah Idham dipenuhi kegembiraan sekarang.


“Lihat hujan kan?!”serunya girang seraya melompat-lompat dan menunjuk kearah hujan dilapangan.
Nita berubah cemberut.  Pantas tadi sepatuku diinjak, hari ini beneran hujan makanya aku kena sial,pikir Nita kembali kesal.
“Kamu menunggu dijemput ibumu ya?”tanya Idham tiba-tiba.
“Iya!”jawab Nita ketus.
“Rumahmu dimana? Jauh tidak? Mau aku antar?”kata Idham menawarkan bantuan.
Nita menoleh ke arah Idham.  Ia tampak kaget.
“Kamu mau mengantarku?”
“Iya.  Payungku kan besar,nih! Cukup untuk berdua.”katanya seraya membuka payungnya yg sebesar payung dimobil Ibu.

Nita berpikir keras.  Kalau dia menunggu dijemput Ibunya, Ia masih harus menunggu setengah jam lagi disini, sendirian.  Menyebalkan sekali pasti, saat yg lain sudah pada pulang meninggalkannya.
“Rumahmu dimana?”tanya Idham lagi karena tidak ada reaksi dari Nita.
“Di Komplek Pondok Mawar.”
“Oh, yg ada Toko supermarket ya?”
“Iya.”
“Wah, jauh ya.  Harus naik angkot dulu.” Ia lalu merogoh sakunya.  “Uangku tak cukup. Kamu ada uang?”
Nita menggelengkan kepalanya.  Uang sakunya bulan ini sudah dihabiskan dimuka untuk membeli sepatu baru hello kittynya yg kini telah berlumuran lumpur.

“Kalau begitu kita terpaksa menunggu disini sampai Ibumu datang, ya.”
“Eh, kamu mau ikut menunggu juga?”tanya Nita heran.
“Iya. Tidak apa kan?”
“Tidak apalah.. kamu baik sekali ya?!”kata Nita terharu.
Idham tersenyum lebar. Ia menggaruk-garuk kepalanya sambil tertawa terkekeh-kekeh. Baru kali ini ada anak perempuan yg memujinya. "hehehehe.."
“Sebenarnya Ibuku masih sibuk ditoko.  Jadi dirumah tak ada orang, Aku biasanya bermain sendirian saja jadi tidak perlu pulang cepat-cepat.”
“Kamu mau main kerumahku?”tanya Nita.
“Mau!”jawab Idham cepat.
“Nanti kita bisa main bulu tangkis!  Kakakku baru membeli raket baru kemarin.”Ujar Nita bersemangat.
“Asik..asik..!”
“Halaman depan rumahku juga luas, kita bisa main bulu tangkis diluar rumahku.”kata Nita menambahkan.


Dua anak tersebut begitu girang karena kedekatan yg mendadak ini, tanpa menyadari bahwa didepan mereka, hujan masih belum berhenti. 


“Eh, itu ibumu ya?”tunjuk Idham.
Ratih menoleh, ada sosok perempuan dari kejauhan yg masuk ke sekolah mereka.
“Eh, Bukan. Itu Ibukuuuu!!!”teriak Idham girang. Ia loncat-loncat kegirangan, layaknya seorang anak yg baru pertama kali dijemput pulang oleh Ibunya.  
“Ibuuuuuuu...!!”teriak Idham.  Ibunya melambaikan tangan ke arahnya. 


Idham berlari ke arah Ibunya. “Ibu, kok kemari? Ibu tidak ke pasar?”tanya Idham kepada Ibunya.
“Bang Zaki lagi sakit, jadi Ibu menemaninya dirumah. Cuma karena hujannya deras sekali, Ibu takut kamu lupa bawa payung jadi Ibu datang menjemput kamu.”
“Makasih ya bu..”seru Idham seraya memeluk pinggang Ibunya.
Ibunya mengelus lembut kepala Idham. “Pulang yuk!”kata Ibunya.
“Ayuk! Eh..” Idham menoleh ke arah Nita yg sekarang berdiri sendirian ditempat tadi.  Nita juga melihat kearahnya. 
“Nita, belum dijemput Ibunya,bu.  Aku mau menunggu dulu..”kata Idham tak enak.  Ia kan sudah bilang akan menunggu bersama Nita. Masa Ia batal menunggu. Kata Ayah, Anak laki-laki harus menjalankan ucapannya.

“Oh, Ibunya kapan datang menjemput?”
“Tidak tahu,bu.”
“Bang zaki kan lagi sakit,dham. Kasihan kalau ditinggal sendiri kelamaan.”
“Iya ya bu.” Idham melirik ke arah Nita yg sedari tadi memperhatikan mereka.
“Tapi kasihan Nita juga bu..”kata Idham lagi kepada Ibunya.
“Kalau begitu Ibu akan memberitahukan Bu Guru Santika, agar menemani dia ya..”
“Ya bu..”kata Idham.  
Idham Berlari menghampiri Nita. “Aku ke rumahmu besok saja ya..! Bang Zaki sedang sakit.  Kasihan dia sendirian dirumah.”kata Idham kepada Nita.
Ekspresi wajah Nita langsung cemberut. “Ya sudah. Besok saja.”kata Nita malas-malasan.

“Nita..!!”Bu Guru Santika memanggil Nita dari depan Ruang Guru, disampingnya ada Ibunya Idham.
“Ibu kamu belum datang ya? Sini tunggu didalam saja! Ibu punya cemilan, loh..”kata Bu Guru Santika membujuknya. 
Idham berlari ke arah Ibunya. “Kita bermain besok ya! Dadahh!!”seru Idham sebelum menggandeng tangan Ibunya dan masuk ke derasnya hujan diluar sekolah.
“Eh, Idham!! Besok kan liburrr!!”teriak Nita.  Tapi Idham tak mendengar.  Suara bising hujan telah mengaburkan teriakan Nita.

“Ayo sini, Nita..!”panggil Bu Guru lagi.  
Nita menghela nafas kesal.  Ia berjalan ke ruang guru dengan kepala tertunduk lemas.  Dalam hati Ia menggerutu kesal. “Aku benci hujan..! Kalau tidak hujan, Ibu Idham tak mungkin datang. Aku benci hujaaaann!!”
***
Sebuah suara mobil terdengar memasuki pekarangan sekolah.
“Wah Nita, sepertinya Ibumu sudah datang tuh..!”kata Bu Guru berharap Nita akan menjadi senang karena akhirnya bisa bertemu Ibunya.
Nita tidak menjawab.  Ia sibuk mewarnai buku menggambarnya.  Ia telah menjadi semakin diam sedari tadi.
“Nita, maaf Ibu terlambat ya..”kata Ibunya yg datang memasuki ruang Guru.
Masih dalam diam, Nita langsung membereskan peralatan tulisnya. Ia tak menyapa dan menoleh ke arah Ibunya.  
Ia berjalan keluar ruangan dan melewati Ibunya tanpa menyapanya.  Seolah tak menggagap ada Ibunya disitu. 
Ibunya menoleh tak percaya, “Anak ini kenapa?” pikirnya.  Ia tertegun, sepertinya Nita marah sekali padanya.


Diluar hujan telah berhenti.  Nita telah berdiri didepan pintu mobil sambil menyilangkan tangannya ke dada.  Ia berdiri menghadap ke mobil, tak mau melihat Ibunya.


“Nita Ibu minta maaf ya..”kata Ibunya saat mereka telah didalam mobil.  “Tadi Ibu ada kerjaan jadi lupa mau menjemput kamu.”
Nita diam tak menjawab.  Wajahnya sibuk melihat  pemandangan diluar mobil.
“Ibu tahu kamu marah.  Makanya tadi Ibu pergi ke mall buat beli kamu hello kitty.”

Ekor mata Nita melirik ke arah Ibu, ketika mendengar  ‘Hello Kitty’ disebut.
Ibunya mengambil sesuatu dikursi belakang. Lalu memberikannya kepangkuan Nita.
“Itu jas hujan Hello Kitty. Kamu kan suka malas bawa payung karena berat kan? Jadi Ibu belikan Jas hujan Hello kitty. Coba dibuka..”
Nita langsung membuka bungkusnya.  Matanya berbinar-binar ketika melihat jas hujan warna pink merona itu.  Ada gambar Hello kitty di depan dan belakangnya begitu besar. Bagus sekali.  Ia telah lupa dengan amarahnya.

“Kata yg jual kalau jas ini kena hujan nanti akan muncul gambar bunga-bunga kecil di ujung lengannya.”
“Yg benar bu?”tanya Nita girang.
“Iya.”
“Aku ingin memakainya buuu!!  Semoga besok hujan ya bu, jadi aku bisa memakainya!”
“Iya ya..”
“Semoga besok hidungku gatal lagi,bu.”ujar Nita polos.
Ibu tersenyum mendengar ucapan anak bungsunya.
****

Komentar

  1. Gw kembang kol apa kacang merah ya? Lupa...
    Eniwei, cerpen ini segar sekaliii, kayanya cocok dibuat buku dengan ilustrasi yang warna warni...

    tapi Ratih itu siapa ya? Kayanya ga ada sebut-sebut nama ratih dari awal tiba tiba pas ibunya Idham datang kok ada si ratihnya...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer