Things that matter

What are the things that matter the most for you?

Oh I am pretty sure you have lists. But my question is: what are the things that matter the most for you? 

Saat menulis ini saya sedang dapat giliran shift malam, jaga Bapak di rumah sakit. Dan saya sebetulnya sudah sangat sadar, sih. The things that matter the most for me is family. Dan saya agak kaget dengan hal itu. Saya? Yang dulu pernah berikrar nggak mau menikah? Yang pernah punya cita-cita jadi wanita karir, menggapai tangga setinggi mungkin? Terlihat egois dan ambisius? Well, look at me now. Betapa takjubnya saya sekarang kalau melihat kembali ke beberapa keputusan besar yang pernah saya buat, ujung pangkalnya ternyata adalah keluarga. Pertama resign, pindah ke Jogja, karena mau kumpul keluarga. Pindah lagi ke Jakarta, karena kangen keluarga. Lalu memutuskan untuk balik lagi ke Jogja, juga karena keluarga. Saat ini, keputusan resign saya tahun depan seolah seperti sudah diatur Tuhan untuk lebih dekat dengan keluarga: Bapak saya sakit. Dalam kondisi biasa, belum resign-nya saya akan menyulitkan untuk menjaga beliau, tapi jalannya memang sudah seperti itu. Semua sudah diatur. Saya jadi lebih punya banyak waktu untuk keluarga. See? Lagi-lagi, keluarga. 

Yang paling bikin pusing dari semua ini (baca: resign) adalah, tentu saja, saya jadi gak punya pemasukkan. Tapi percayalah, itupun gak seberapa bikin pusing. Mungkin karena suami masih bisa sangat diandalkan ya. Oh bubar jalan sudah segala macam diskusi tentang women empowerment dan kemandirian perempuan, wkwkwk. Tapi ya, lagi-lagi mungkin sudah jalannya ya. Kesempatan-kesempatan itu datang saat pikiran sedang tidak grasa grusu. Mungkin memang sudah jalannya saya diberi suami yang masih bisa menopang, untuk memberikan kesempatan saya berpikir: mau bikin apa setelah resign ini? Lagi-lagi, keluargalah yang menolong saya. 

Oh, mungkin kalau ada satu lagi yang matter the most for me, it is time. Karena kita gak bisa memutar balik waktu. Apa yang bisa kita kasih ke orang-orang tersayang? Waktu. Momen. Here and now kalau kata dosen saya dulu. Kadang-kadang kita bersama tapi kita nggak bersama, do you know what I mean? Kita barengan, tapi kita nggak memaksimalkan waktu untuk membuat momen. Padahal, apa yang bisa kita kenang? Ya momen itu. Kita pasti ingat "rasa" saat momen itu tercipta. Dan itulah yang akan jadi pupuk dalam hubungan antar manusia. Itulah yang saya sedang lakukan saat ini. Memupuk kualitas hubungan melalui momen. Berusaha menciptakan momen di waktu-waktu yang teramat singkat ini. Waktu berangkat dari Jogja kemarin, hal pertama yang saya masukkan ke dalam ransel adalah laptop dan charger. Karena masih ada beberapa tanggungan yang perlu diselesaikan dan saya berpikir sambil menjaga Bapak, saya bisa lah ketak ketik sebentar. Tapi begitu sampai di sini, rencana itu saya buang jauh-jauh. Terlalu sayang kalau momen ini harus lewat begitu saja. Maka yang saya lakukan ya ajak ngobrol Bapak, tentang apapun. Tanya kabarnya, apa yang dirasa, tentang sakitnya, saya berusaha untuk hadir utuh dan membuat saat ini menjadi prioritas. Saya berusaha memberikan waktu, menciptakan momen. 

Jadi yaa, tampaknya semakin tua, apa hal-hal yang matter the most itu jadi bergeser dan lingkupnya menjadi lebih kecil. Kenapa ya? Mungkin dulu kita masih mengacu pada diri sendiri. Apa yang bisa kita capai, apa yang membuat kita bahagia, orientasinya masih diri sendiri. Sedangkan semakin tua, semakin banyak pengalaman yang dilalui, orientasinya jadi bukan diri sendiri lagi, tapi ke orang lain. Apa yang bisa kita berikan ke orang lain. Apa yang bisa kita bagi. 

Kalau aku sih begitu, kamu gimana? What are the things that matter the most?

_Redbean

Komentar

Postingan Populer